Bank Indonesia Siap Tambah Modal Penukaran Uang Antisipasi Libur Akhir Tahun

Rabu, 31 Desember 2025 | 09:28:48 WIB
Bank Indonesia Siap Tambah Modal Penukaran Uang Antisipasi Libur Akhir Tahun

JAKARTA - Menjelang akhir tahun, perhatian terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) kembali meningkat. 

Likuiditas yang memadai menjadi indikator penting stabilitas ekonomi nasional, terutama saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) ketika mobilitas masyarakat meningkat. 

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memprediksi bahwa M1 pada Desember 2025 dapat mencapai Rp 5.800 triliun. Prediksi ini menunjukkan potensi pertumbuhan signifikan dibandingkan posisi M1 pada November 2025 yang mencapai Rp 5.748 triliun.

Banjaran menjelaskan bahwa faktor utama pendorong kenaikan ini adalah meningkatnya aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat. Setiap akhir tahun, masyarakat cenderung melakukan transaksi lebih banyak, mulai dari konsumsi, transfer, hingga pengeluaran untuk kebutuhan liburan. 

Dengan asumsi pertumbuhan konservatif sebesar 1,28% dari November ke Desember mirip dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya angka Rp 5.800 triliun menjadi proyeksi yang realistis.

Peningkatan Mobilitas Masyarakat

Lonjakan M1 tidak bisa dilepaskan dari mobilitas masyarakat selama Nataru. Berdasarkan survei potensi pergerakan nasional, sekitar 42,01% penduduk atau setara 119,5 juta orang diperkirakan melakukan perjalanan pada periode tersebut. Mobilitas ini berpotensi mendorong perputaran uang hingga Rp 107,56 triliun, berdasarkan estimasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

Namun, Banjaran menekankan perlunya pendekatan hati-hati dalam memperkirakan belanja masyarakat. Kondisi psikologis pascabencana di beberapa wilayah dan kecenderungan sebagian masyarakat menahan belanja berlebihan membuat angka belanja wajar per orang diperkirakan berkisar Rp 700.000 hingga Rp 1 juta. 

Dengan asumsi tersebut, potensi perputaran uang selama periode Nataru berada di rentang Rp 83,65 triliun hingga Rp 119,5 triliun.

Faktor Konsumsi dan Intermediasi Perbankan

Selain mobilitas, faktor konsumsi masyarakat menjadi katalis utama pertumbuhan M1. Lonjakan aktivitas ekonomi dan transaksi ritel, transportasi, serta sektor pariwisata mendorong peredaran uang lebih cepat. 

Pertumbuhan intermediasi perbankan juga berkontribusi, dengan peningkatan penyaluran kredit produktif dan layanan perbankan yang lebih aktif. Sektor UMKM dan perdagangan menjadi andalan, mendukung efisiensi distribusi likuiditas.

Banjaran menekankan bahwa peningkatan intermediasi harus tetap mengedepankan kehati-hatian, terutama dalam menyalurkan kredit agar kualitas aset tetap terjaga.

“Momen peningkatan mobilitas masyarakat tentunya akan menjadi faktor pendorong, didukung pula oleh stimulus pemerintah seperti subsidi transportasi,” ujar Banjaran.

Peran Stimulus Pemerintah

Stimulus pemerintah, terutama dalam bentuk subsidi transportasi udara dan darat, diperkirakan menjadi dorongan tambahan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat. Hal ini tidak hanya meningkatkan konsumsi, tetapi juga memicu perputaran uang yang lebih tinggi, mendukung pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

Peningkatan likuiditas yang sehat menunjukkan koordinasi yang baik antara pemerintah, perbankan, dan Bank Indonesia. Dengan adanya stimulus, masyarakat dapat tetap melakukan transaksi dengan lancar, sementara perbankan dapat mengelola likuiditas secara lebih efisien.

Kesiapan Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) telah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan uang tunai selama libur akhir tahun. BI meningkatkan modal penukaran uang sebesar 36% untuk mengakomodasi meningkatnya permintaan masyarakat. 

Langkah ini selaras dengan prediksi kenaikan M1, memastikan masyarakat memiliki akses terhadap uang tunai yang cukup selama periode Nataru.

Banjaran menegaskan bahwa koordinasi antara BI dan perbankan penting untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Kesiapan BI tidak hanya menjaga likuiditas, tetapi juga menekan potensi gangguan ekonomi akibat kekurangan uang tunai.

Dampak Kenaikan M1 terhadap Ekonomi

Peningkatan M1 menjadi indikator positif bagi kesehatan ekonomi jangka pendek. Uang beredar yang meningkat menunjukkan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha terhadap stabilitas ekonomi. Hal ini mendorong konsumsi dan transaksi bisnis, terutama di sektor ritel, pariwisata, dan jasa transportasi.

Namun, Banjaran mengingatkan bahwa kenaikan M1 harus dikelola dengan baik agar tidak memicu inflasi. “Kenaikan M1 harus diimbangi dengan pengelolaan harga dan pasokan barang agar konsumsi masyarakat tetap sehat tanpa menimbulkan tekanan harga yang signifikan,” katanya.

Strategi Internal Perbankan

Pertumbuhan M1 juga mencerminkan peran perbankan dalam intermediasi kredit. Bank meningkatkan penyaluran kredit produktif, terutama untuk UMKM dan sektor perdagangan. 

Aktivitas ini memperkuat likuiditas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank juga diharapkan lebih selektif dalam menyalurkan kredit agar kualitas aset tetap terjaga.

Selain itu, penyaluran kredit yang terarah dapat mendukung efisiensi sistem keuangan, mengoptimalkan dana murah, dan menjaga margin keuntungan. Kombinasi faktor eksternal dan internal inilah yang memastikan M1 dapat meningkat dengan stabil dan berkelanjutan.

Prediksi M1 Desember 2025 sebesar Rp 5.800 triliun merupakan hasil interaksi berbagai faktor: meningkatnya mobilitas masyarakat, dorongan konsumsi, peran intermediasi perbankan, dukungan stimulus pemerintah, dan kesiapan Bank Indonesia dalam mengelola likuiditas. 

Dengan pengelolaan yang tepat, lonjakan likuiditas ini tidak hanya mendorong konsumsi jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional untuk 2026.

Masyarakat dan pelaku usaha dapat memanfaatkan momentum akhir tahun ini dengan perencanaan keuangan yang matang. 

Peningkatan M1 yang sehat diharapkan dapat menciptakan siklus pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan, sekaligus memastikan stabilitas moneter tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global dan domestik yang terus berubah.

Terkini